Novel ini adalah novel kedua dari tetralogi Laskar pelangi karya
Andrea Hirata.
Sang Pemimpi adalah sebuah kisah kehidupan
yang mempesona yang akan membuat pembacanya percaya akan tenaga
cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, selin itu juga
memperkuat kepercayaan kepada Tuhan. Andrea berkelana menerobos
sudut-sudut pemikiran di mana pembaca akan menemukan pandangan yang
berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan
yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru. Selayaknya
kenakalan remaja biasa, tetapi kemudian tanpa disadari kisah dan
karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai, potret-potret
kecil yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang
halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi.
Tiga orang pemimpi. Setelah tamat SMP, melanjutkan ke SMA Bukan
Main, di sinilah perjuangan dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai.
Ikal salah satu dari anggota Laskar Pelangi dan Arai yang merupakan
saudara sepupu Ikal yang sudah yatim piatu sejak SD dan tinggal di
rumah Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah dan Ibu
Ikal, dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu
juga sejak kecil. Namun, pendeta yang sangat baik dan tidak
memaksakan keyakinan Jimbron, malah mengantarkan Jimbron menjadi
muslim yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya, sedangkan Jimbron, si
penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari
160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga
besar. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah
seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka berdua
mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke Sorbonne
Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya,
yang selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi
kuli ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan
dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian
menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau dilogika, tabungan
mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme Arai
tak terbantahkan.
Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa, Bogor tepatnya.
Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di
Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi
tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin kalau Arai dan
Ikal sampai di Perancis, maka jiwa Jimbron pun akan selalu bersama
mereka. Berbula-bulan terkatung-katung di Bogor, mencari pekerjaan
untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak
pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang
sortir (tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke
Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi
UI. Dan setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa S2 ke
Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya
sampailah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu
terpukau dengan proposal riset yang diajukan Ikal, meskipun hanya
berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang
sortir, tulisannya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai,
siapa yang menyangka, kejutan yang luar biasa. Arai pun ikut dalam
wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka
berdua dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan
terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini
sudah direncanaknnya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di
Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tidak kalah
dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat
untuk menghasilkan teori baru.
Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada
surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya. Pengumuman
penerima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih karena dia sangat
merindukan kedua orang tuanya. Arai sangat ingin membuka kabar itu
bersama orang yang sangat dia rindukan. Kegelisahan dimulai. Baik
Arai maupun Ikal, keduanya tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu.
Setelah dibuka, hasilnya adalah Ikal diterima di Perguruan tinggi
Sorbone, Prancis. Setelah perlahan mencocokkan dengan surat Arai,
inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Kedua sang pemimpi ini
diterima di Universitas yang sama. Tapi ini bukan akhir dari
segalanya. Di sinilah perjuangan dari mimpi itu dimulai, dan siap
melahirkan anak-anak mimpi berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar